Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) lagi-lagi bertengger di posisi teratas sebagai capres 2014 dan memiliki tingkat elektabilitas tertinggi. Dalam sebuah hasil survei opini publik yang dilakukan Publica Research & Consulting, Jokowi menempati urutan pertama dengan 16 persen.
Hasil survei tersebut dipaparkan dalam presentasi Publica Research & Consulting bertajuk 'Preferensi Kelas Menengah Urban terhadap Dinamika Politik Mutakhir.'
"Munculnya figur Jokowi sebagai tokoh nasional yang memiliki tingkat popularitas dan elektabilitas yang cukup tinggi dibanding dengan figur-figur lain," kata Direktur Research Publica Research & Consulting, Rahadi Teguh Wiratama, di Room Dinning Resto Puang Oca Jl Gelora, Lapangan Tembak, Senayan, Jakarta Pusat, Rabu (20/3).
Dalam survei itu, Prabowo Subianto berada di posisi kedua dengan 7,9 persen, disusul Mahfud MD dengan 4,0 persen, Jusuf Kalla 2,3 persen, Dahlan Iskan 1,5 persen, Aburizal Bakrie 1,3 persen, Megawati Soekarnoputri 1,1 persen, Rhoma Irama 0,8 persen, Wiranto 0,5 persen, dan lainnya 4,5 persen. Sementara, 60,1 persen responden tidak menjawab.
Menurutnya, survei tersebut dilakukan di 33 provinsi di Indonesia dengan jumlah sample 1.300 orang melalui telepon pada 18 hingga 21 Februari 2013. Margin of error dalam survei ini sebesar kurang lebih 2,8 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.
4 Orang ini tak antusias jika Jokowi jadi presiden
Untuk keempat kalinya, Joko Widodo (Jokowi) unggul dalam survei calon presiden 2014. Terakhir, survei yang dilakukan Publica Research & Consulting, Jokowi menempati di urutan pertama sebagai kandidat capres dengan elektabilitas terbaik.
Di survei kali ini, Jokowi kembali menyalip sejumlah nama besar yang selama ini getol ingin meramaikan bursa calon presiden di Pemilu nanti. Sebut saja, Prabowo Subianto, Megawati, Jusuf Kalla, Mahfud MD dan Aburizal Bakrie.
Ada beberapa alasan yang selalu muncul kenapa sosok Jokowi mempunyai tempat tersendiri di hati masyarakat. Salah satunya gaya hidup yang sederhana dan apa adanya.
Sejumlah tokoh negara melihat Jokowi memang sosok muda yang paling potensial jadi capres. Pengalaman politik Jokowi juga tak buruk, ditambah lagi, pamor mantan wali kota Solo ini sedang harum-harumnya, dari masyarakat kelas bawah hingga atas semua mengelu-elukan bapak tiga anak itu.
Tapi pro dan kontra tetap ada. Di antara jutaan pendukung Jokowi, tetap saja ada yang menilainya belum pantas memimpin negera ini.
Uniknya, mereka yang kurang simpati itu berasal dari partai yang justru menjadi kendaraan politik Jokowi di Pilgub DKI kemarin, yakni Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). Berikut ini para politikus PDIP yang menilai Jokowi belum pantas jadi calon presiden.
1. Taufiq Kiemas
Politikus senior PDIP, Taufiq Kiemas tampaknya tak begitu sreg dengan sosok Jokowi. Hal itu terlihat sejak Jokowi dipilih sebagai kandidat gubernur DKI yang diusung partai berlambang kepala banteng itu.
Rasa antipati pria yang akrab disapa TK itu kembali terlihat saat nama Jokowi selalu unggul dalam sejumlah survei calon presiden 2014 yang dilakukan beberapa lembaga. Menurutnya, hasil survei tak selamanya benar.
"Ya biasa itu, itukan baru survei," kata TK usai mendapatkan gelar Honoris Causa di Gedung MPR, beberapa waktu lalu.
TK menilai Jokowi belum layak memimpin Indonesia. Dia menyarankan, di usia Jokowi yang masih terbilang muda, ada baiknya fokus memimpin Jakarta.
"Dijadikan gubernur bagus dulu lah, masih muda juga," sebutnya.
2. Puan Maharani
Putri Megawati Soekarnoputri, Puan Maharani, juga mengamini ucapan ayahnya. Dia menilai pengalaman Jokowi untuk menjadi seorang kepala negara belum mumpuni.
Ketua Fraksi PDIP itu menegaskan Jokowi belum saatnya menjadi RI 1. Puan melihat, saat ini Jakarta lebih membutuhkan sosok Jokowi untuk membenahi sejumlah masalah yang sudah mengakar.
"Kita tidak mau berandai-andai terkait survei yang sering muncul ini. Tapi harapan kami Pak Jokowi fokus pada penugasannya yang baru ini dalam artian bisa menunjukkan ke publik DKI apa yang beliau lakukan sekarang adalah untuk kebaikan rakyat DKI," jelas Puan.
Puan menjelaskan, sejauh ini PDIP terus memantau nama-nama yang memiliki potensial dukungan untuk kemudian diusung sebagai calon presiden 2014. Tapi jika di akhir penentuan nama Jokowi tetap mencuat dan ketum (Megawati) mengarahkan memilih Jokowi, setuju atau tidak seluruh kader siap mendukung.
"Internal PDIP yang menyatakan bahwa siapa pun yang maju atau dimajukan di pilpres yang akan datang adalah keputusan ketum," tandasnya.
3. Guruh Seokarnoputra
Kader PDIP lainnya, Guruh Soekarnoputra juga menganggap kemampuan Jokowi belum mumpuni. Belum saatnya Jokowi maju sebagai orang nomor satu Indonesia.
"Kalau buat saya sebaiknya belum sekarang," ujar Guruh Soekarnoputra usai bertemu dengan Jokowi di Balai Kota Jakarta.
Politisi PDIP ini mengaku Jokowi memang mempunyai kemampuan yang menonjol dibanding pemimpin-pemimpin lainnya. Kemampuan menonjol tersebut dilihat dari kinerja dan dedikasinya dalam memimpin untuk sebuah daerah.
"Bahwa Pak Jokowi mempunyai kemampuan memang apa, tapi saya belum bilang kapasitas sebagai seorang presiden. Bahwa pak Jokowi dibanding dengan pemimpin-pemimpin lainnya itu sangat menonjol, gimana kerjanya, dedikasinya, ketulusannya," jelasnya.
4. Tjahjo Kumolo
Soal popularitas Jokowi di sejumlah survei capres, Sekjen PDIP Tjahjo Kumolo juga menanggapi dingin. Menurut Tjahjo, Jokowi lebih baik menuntaskan tugasnya sampai lima tahun ke depan sebagai gubernur Jakarta.
"PDIP menghormati pilihan Jokowi yang ingin menyelesaikan masa bakti memimpin ibu kota hingga lima tahun ke depan," ujar Sekjen PDIP Tjahjo Kumolo di Gedung Mahkamah Konstitusi (MK), Jl Medan Merdeka Barat, Jakarta, Senin (18/3).
Tjahjo melihat Jokowi memiliki tanggung jawab besar untuk membangun Jakarta. Oleh sebab itu, PDIP belum mengambil keputusan untuk mencalonkan Jokowi di Pilpres 2014. "Soal ada kebijakan dan pertimbangan politik, saya kira itu nanti," terang Tjahjo.
Sumber : http://www.merdeka.com
إرسال تعليق