Inilah sikap negarawan Jokowi yang muncul ketika menerima kritik pedas
Sudah lima orang bergiliran, kader-kader Demokrat mengkritik Jokowi. Ternyata satu persatu pula pada tiarap. Amien Rais juga tiarap. Apa sebab para pengritik Jokowi malah pada mati kutu sendiri? Apakah sudah ngeri dihujat pendukung Jokowi? Ruhur Sitompul yang ahli memancing emosi lawannya, ternyata harus gigit jari setelah gagal membuat Jokowi panas hati. Jadi apa sebab para penegkritik Jokowi kini sangat hati-hati untuk mengritik Jokowi? Apakah sekedar takut menjadi bumerang? Atau karena Jokowi? Ikuti paparan berikut...
Ketika Politisi Partai Demokrat Ruhut Sitompul membuat manuver politik dengan menyebut Jakarta lebih enak kala era Fauzi Bowo menjadi Gubernur. Ternyata dengan sangat bijak Jokowi mengatakan, enggan ambil pusing, Joko Widodo menyebut ucapan Ruhut itu ada benarnya. Jokowi dengan rendah hati menegaskan bahwa dirinya tidak terlalu ambil pusing dengan penilaian pihak luar terhadap kinerjanya. Ia pun tetap percaya diri bahwa apa yang dikerjakannya bermanfaat bagi masyarakat.
Jokowipun dengan jantan mengaku tetap membutuhkan kritik membangun. Inilah sikap negarawan Jokowi yang muncul ketika menerima kritik pedas dengan kekayaan hatinya justru dapat meninggikannya. Sikap elegan ini tidak dijumpai oleh negarawan lainnya di Indonesia, seperti SBY, Megawati, Soeharto atau siapapun pemimpin negeri ini sebelumnya.
Persaingan politik yang demikian keras mendekati perhelatan Pemiliu 2014, para politikus sudah mulai kasak-kusuk untuk melakukan manuver pertarungan politik. Jokowi sebagai pesaing paling kuat tampaknya akan mendapatkan cobaan paling berat. Hal itu sudah mulai dirasakan saat sang vokalis partai demokrat melakukan manuver poltik yang sangat pintar. Ruhut sebelumnya mengatakan, mantan Gubernur DKI Fauzi Bowo memiliki prestasi yang lebih baik ketimbang Joko Widodo.
“Indah mana Jakarta zaman Jokowi atau Foke? Berapa sih program Jokowi yang lebih bagus dari Foke? Sekarang ini dia belum ada apa-apanya, macet dan banjir masih saja. Macet malah lebih macet zaman Jokowi. Saya bilang justru lebih bagus program Foke,” ujar Ruhut sang Vokalis dari demokrat.
Ternyata perang urat syaraf politik itu disikapi Jokowi dengan sikap negarawan yang luar biasa. Tidak pernah diduga para lawan politik ternyata dengan tenang dan sangat bijak Jokowi menimpali dengan mengatakan “Saya bekerja, kan orang lain yang menilai. Masak saya menilai diri saya sendiri, biar orang lain saja yang menilai,” ujar Jokowi sambil tersenyum. Itulah jawaban seorang negarawan yang mempunyai kekayaan hati, sikap santun dan cerdas.
Sikap Negawaran Para Kepala Negara
Berbeda dengan negarawan lainnya di Indonesia. SBY sebagai negawaran yang santun, cermat dan bijak pun bila dikritik keras oleh lawan politiknya sangat sensitif. Sehingga karena sangat sensitifnya sering melakukan pembelaan diri yang berlebihan dan kadang tidak perlu. Pada umumnya SBY selalu melakukan mekanisme pembelaan diri dengan mengungkapkan parameter-parameter keberhasilan pemerintahannya.
Justru dengan pembelaan diri tersebut bukannya menyelesaikan masalah. Di lain sisi justru pernah malah menimbulkan respon reaktif yang tidak kalah galaknya. Bahkan para aliansi pimpinan keagamaan pimpinan Dien Syamsudin yang sudah terpapar bau politikpun menyebut sebagai suatu kebohongan.
Soeharto beda lagi dalam menyikapi kritik. Dengan hanya tersenyum maka para punggawanya sudah bia mengartikan bahwa pengritik harus ditindak dan diberangus dengan cepat. Kadang hanya dengan senyuman tanpa memberikan perintah lisan ataupun tertulis. Para punggawa setianya seperti Ali Moertopo, Benny Moerdani atau Soedomopun sudah bergerak cepat. Bukan hanya memberangus suara, kadang nyawapun diberangus tanpa ada yang jasadnya.
Demikian juga dengan Megawati, bila dikritik juga bereaksi berbeda. Sebagai seorang wanita maka bila dikritik Megawati hanya berkeluh kesah seperti layaknya para ibu ramah tangga lainnya. Dengan nada polos dan substansi yang lugu membela diri bahwa kritikan atau kesalahan itu bukan sekedar kesalahan dirinya tetapi kesalahan suatu sistem. Ataupun berbagai alasan pembelaan diri lainnya
Berbeda lagi dengan Jokowi. Tetapi meski belum meraih kursi RI1, tampaknya Jokowi sudah menunjukkan sikap negarawan yang sangat prima, santun dan cerdas saat dikritik. Sebenarnya sikap rendah hati, jujur dan tidak mau memang sendiri itulah yang membuat Jokowi sangat polos dan legowo bila dianiaya oleh lawan politiknya. Dengan sikap negarawan yang luar biasa tersebut justru membuat para pengkritiknya malah mati kutu dan frustasi.
Para lawan politiknya seperti Ruhut seperti hendak membuka front perseteruan komunikasi politik, kecewa karena ternyata Jokowi mengakhiri perseteruan tersebut dengan elegan. Padahal Ruhut sedang berharap suara emosional Jokowi untuk menjawab kritik itu. Ternyata dengan elegan, Jokowi tidak terpancing. Dengan bijaksana dan kekayaan hati yang luar biasa itu justru malah dengan segera meniarapkan para pengritiknya.
Nantinya para lawan politik Jokowi dalam meraih RI1 akan semakin frustasi dan penasaran. Karena ternyata dengan sikap negawaran yang rendah hati dan kekayaan hati Jokowi itu membuat para pengritik dan penganiaya politik terhadap dirinya jadi mundur teratur seperti sedang menembus tembok yang sangat kokoh.
Sikap negarawan elegan Jokowi itu seharusnya menjadi inspirasi dan teladan para pejabat dan negarawan lainnya di masa depan. Bila itu dilakukan semua insan politik, alangkah sejuknya Indonesia seperti layaknya sesejuk senyuman tulus Jokowi. Selama ini aroma politik Indonesia selalu dipenuhi oleh sikap saling menjelekkan, saling menjegal atau ucapan yang kasar dan tidak santun.
Source : FB Rakyat Bersatu Mendukung Jokowi Presiden Ri 2014
PENCITRAAN PALSU
ردحذفإرسال تعليق