Jokowi Diadu Domba dengan Megawati
(Semua Pembully Salahkan Jokowi ke Biltar)
Rupanya banyak cara untuk mengganjal jangan sampai Megawati mencapreskan Jokowi. Salah satunya adalah menjauhkan keduanya dalam kedekatan hubungan kekeluargaan mereka. Semua hal yang bisa dijadikan alasan, DIPAKI, untuk membuat panas hati atau kaitan dengan pekerjaan.
Salah satunya ini. Jokowi dianggap telah mengabaikan tugasnya sebagai pejabat publik dengan mementingkan urusan kultural dibandingkan dengan tugasnya sebagai gubernur di tengah masalah Jakarta yang masih belum terselesaikan seperti masalah kemacetan dan pengadaan bus transjakarta.
Kepergian Jokowi ke Blitar terkesan sangat penting. Dia rela meninggalkan Jakarta. "Cuma 30 menit kok (di Blitar)," tegasnya. Jokowi mengatakan dirinya terbang pukul 10.00 WIB dari Jakarta selama 1 jam. Dan kembali lagi ke Jakarta pada sore harinya. Dia juga tak menjelaskan detail perjalannya.
Jokowi berang ketika disingung ziarahnya bersama Megawati ke makam Bung Karno di Blitar. Ia tidak terima jika ziarahnya disebut dilakukan secara sembunyi-sembunyi. "Sembunyi-sembunyi opo?" kata Jokowi usai acara diskusi bulanan menyongsong 1 Abad Nadhatul Ulama (NU) di Jakarta, Rabu (12/3). "Apa sih yang disembunyikan? Apa kurang terbuka tho saya?"
Jokowi mengaku bila kunjungannya ke Blitar untuk berziarah atas kemauannya pribadi tanpa diajak Megawati. Namun keduanya akhirnya bertemu di makam itu. "Saya datang sendiri. Nggak (berangkat bersamaan). (Ketemu) Bu Mega ke sana juga (Blitar)," ucap mantan Walikota Solo itu sembari bergegas menuju mobilnya.
Partai Gerindra DKI menuntut komitmen Jokowi. "Berkomitmenlahdari diri sendiri kepada rakyat, supaya rakyat bisa meniru. Yang paling penting adalah kepentingan rakyat, karena dia (Jokowi) pejabat publik," kata Ketua Fraksi (Gerindra) DPRD DKI Muhammad Sanusi kepada detikcom, Rabu (11/3).
"Banyak hal yang memerlukan konsentrasi, terutama untuk Jakarta. Pak Jokowi boleh jadi jurkam, tapi kan cuma Sabtu dan Minggu," tutur Sanusi. Ahok mengaku tak tahu perihal keberangkatan Jokowi. Bahkan Ahok, terperanjat mengetahui fakta ini. "Masa sih? Aku nggak tahu loh," kata Ahok dengan ekspresi terkejut, di Balaikota DKI.
“Meski dia memiliki alasan enggak enak menolak ajakan Megawati, tapi kan yang dia lakukan enggak berhubungan dengan bangsa. Persoalan kultural tak boleh mengabaikan tugasnya sebagai gubernur,” kata Direktur Lingkar Madani Indonesia, Ray Rangkuti saat berbincang dengan Okezone, Rabu (12/3) malam.
Ray juga mengungkapkan walaupun dari aspek psikologi Jokowi dan Megawati memiliki kedekatan secara budaya seharusnya Jokowi tetap bisa menolak ajakan Ketua Umum PDIP itu.
“Harusnya Jokowi bisa nolak. Faktanya dia enggak mau menolak. Ini persoalan kultural. Dari aspek psikologi kan secara kultural, Jokowi orang Jawa dan Mega orang Jawa juga memang ada alasan kultural yang mungkin memang tak bisa dijelaskan. Tetapi mereka harus diingatkan juga,” ujar Ray.
“Harusnya Jokowi bisa nolak. Faktanya dia enggak mau menolak. Ini persoalan kultural. Dari aspek psikologi kan secara kultural, Jokowi orang Jawa dan Mega orang Jawa juga memang ada alasan kultural yang mungkin memang tak bisa dijelaskan. Tetapi mereka harus diingatkan juga,” ujar Ray.
Lebih lanjut, Ray pun menyayangkan sikap mantan Wali Kota Solo yang mengiyakan ajakan Megawati padahal Jokowi sadar tugasnya di Jakarta lebih penting. “Cukuplah sekali alasan kultural karena tidak boleh terus menerus. Kita ingatkan keras supaya tidak berketerusan. Baik Jokowi maupun Megawati harus diingatkan bahwa alasan kultural tidak boleh mengalahkan ketentuan bangsa,” tukasnya. (Jadi justru dengan alasan kultural ini yang harus dijalankan, demi bangsa, karena jiwa kultural tidak bisa dilepaskan begitu saja menurut budaya).
Sementara itu, pakar komunikasi politik, Ermus, menilai sekalipun Jokowi mendapatkan izin dari Kementrian Dalam Negeri untuk pergi berziarah ke makam Presiden pertama RI Soekarno di Blitar, Jawa Timur, namun perilakunya itu tidak bisa dipertanggunjawabkan secara moral kepada masyarakat karena telah meninggalkan tugasnya sebagai Gubernur. (Semua pejabat Indoensia seenaknya meninggalkan tugas. Jokowi baru sekali itu karena dimana dirinya selalu diketahui akibat media darling)
“Banyak aktor politik tidak hanya Jokowi memainkan peran-peran yang secara moral tidak bisa dipertanggungjawabkan karena dia meninggalkan tugasnya. Harusnya Jokowi tidak meninggalkan wilayahnya,” kata Ermus. (dasar alasan keterlalui disebut meninggalkan tugas. Masih bisa memantau semua masalah Jakarta via IT… taukkk)
Menurutnya, jika kepergian Jokowi tidak berkaitan dengan tugas seperti kerjasama antar pemerintah daerah maka dia tidak dibenarkan meninggalkan Jakarta karena urusan tersebut tidak mendesak. (Memangnya meninggalkan Jakarta berhari-hari?, cunmaseja dua jam saja pada rebut. Memang mau nya sekedar pada menyalahkan wkwkwkwwkk).
“Sekalipun mendapatkan izin, saya rasa itu tidak perlu. Karena tugas ke sana tidak urgent. Harusnya dia tetap urusi Jakarta. Megawati sih sah—sah saja (nyekar) karena kan saat ini dia bukan pejabat publik. Masih wajar karena dia ketua partai dan anaknya bung Karno. Tapi Jokowi kan Gubernur dan seharusnya tidak meninggalkan Jakarta jika tidak mendesak,” terangnya. (Hehehehe siapa sih Ermus, enggak tahu siapa Jokowi ya, sehingga harus ikut nyekar ke Blitar?). Kalau menjadi pengamatpolitik, harus banyak2 belajar dan wellinform,biar wacana yang dia bicarakan ada bobotnya).
*) Nyekar Jokowi di makam Bung Karno akan menjadi senjata kesekian untuk membully Jokowi.. Tugas budaya ini dijadikan sarana untuk kian menjatuhkan Jokowi di mata masyarakat dan menjauhkan Jokowi dari Mega. Pendukung Jokowi justru kian yakin ajakan Mega pada Jokowi untuk nyekar di Blitar, memberi tanda bahwa Jokowi sudah dipilih Mega untuk dicapreskan. Inilah yang membuat para pesaing Jokowi kian galau!
Source : FB Cecillia Ning'Hk
Post a Comment