lustrasi. TEMPO/Kink Kusuma Rein
Saking Miskinnya, Nenek Ginem Makan Bangkai
Nganjuk - Pemerintah Kabupaten Nganjuk siap menanggung seluruh kebutuhan hidup keluarga Ginem, 80 tahun, dan tiga orang anaknya sampai kapan pun. Untuk menyambung hidup, keluarga nenek renta ini sempat memakan bangkai binatang di sungai akibat himpitan ekonomi.
Kepala Bagian Hubungan Masyarakat Pemerintah Kabupaten Nganjuk Gozali mengatakan Dinas Kesehatan dan Dinas Sosial sudah mengalokasikan bantuan pelayanan khusus kepada keluarga Ginem. Keluarga yang tinggal di Dusun Patik, Desa Senopatik, Kecamatan Berbek, ini didera kemelaratan luar biasa sebelum diselamatkan jajaran Polres Nganjuk. "Kami siapkan tenaga medis yang memantau kondisi mereka tiap hari," kata Gozali kepada Tempo, Rabu, 16 Juli 2014.
Sebelum pemerintah turun tangan, keluarga Ginem tinggal di gubuk yang tak layak huni. Ginem tinggal bersama tiga anaknya, yakni Sadinah, 54 tahun, Suparman (40), dan Suparti (35). Ironisnya, Suparman dan Suparti mengalami keterbelakangan mental. Tak hanya keterbelakangan mental, Suparti juga tak bisa ke mana-mana karena lumpuh bertahun-tahun.
Selama ini mereka menggantungkan hidup kepada Sadinah sebagai tulang punggung ekonomi. Namun, diduga karena tak kuat menahan beban ekonomi yang terlalu berat, Sadinah pun turut mengalami gangguan jiwa. Warga kerap melihat Sadinah menangis sambil meracau tentang kesulitan hidupnya. Hal ini mengundang iba para tetangga yang terkadang memberikan makan ala kadarnya.
Di tengah situasi ini, Suparman berusaha membantu kakaknya mencari makan. Namun kondisi keterbelakangan mental membuatnya tak cukup mampu bekerja selain mengais makanan dari sungai. Salah satunya adalah bangkai binatang yang kerap mengapung di sungai bersama kotoran. Di atas tungku kayu yang terbuat dari tanah liat, Sadinah memasak bangkai binatang itu menjadi lauk bagi sekeluarga. Ginem yang masih memiliki akal waras pun tak mampu berbuat apa-apa.
Kondisi mereka sedikit berubah ketika banyak warga menyumbangkan kebutuhan pokok ke rumah Sadinah. Bahkan Kapolres Nganjuk Ajun Komisaris Besar Anggoro Sukartono tergerak membawa Sadinah, Suparman, dan Suparti ke Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya. Setelah menjalani pengobatan beberapa saat, Sadinah diperbolehkan pulang terlebih dulu.
Perempuan ini dinyatakan sembuh dan telah menjejakkan kaki di rumahnya kemarin, Selasa 15 Juli 2014. Bangunan rumahnya juga sudah diperbaiki oleh anggota Polres Nganjuk agar layak huni. "Kami serahkan pengurusan mereka kepada pemerintah," kata Anggoro saat menerima kepulangan Sadinah di Nganjuk.
Disinggung tentang lambannya respons pemerintah Nganjuk dalam mengatasi persoalan ini, Gozali berdalih pemerintah tak mau melanggar hak asasi manusia. Menurut dia, pada awalnya keluarga itu menolak tawaran pemerintah untuk berobat. Sebab, kondisi kejiwaan mereka terganggu dan mereka tak bisa berpikir sehat. "Jika pemerintah memaksa mengobati, akan melanggar HAM," katanya.
HARI TRI WASONO
Source : tempo.co
Post a Comment