Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) kembali menyoroti polemik pemenang Pemilihan Presiden (Pipres) 2014.
Dalam kesempatan berbuka  puasa di kediaman Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI,  Irman Gusman,  Senin 14 Juli  2014, SBY mengingatkan rakyat Indonesia  agar  mengutamakan perdamaian dan menghindari perpecahan terkait perdebatan  hasil Pipres. Ia menyinggung kondisi serupa yang terjadi di Afghanistan.
Pemilihan presiden  Afghanistan berujung pada kedua kandidat yang bersaing, yaitu Abdullah  Abdullah dan Ashraf Ghani, saling mengklaim  kemenangan. Namun,  kekisruhan di antara mereka bisa diselesaikan setelah  ditengahi oleh  Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, John Kerry.
Laman New York Times, Sabtu  12 Juli 2014, bahkan melansir, salah  satu kandidat presiden, Abdullah,  mengancam segera membentuk  pemerintahan baru. Walaupun kisruh  penghitungan suara belum menemukan  solusi.
"John Kerry bisa  mengakurkan kedua calon presiden dengan mengaudit  kembali suara yang  telah masuk. Di Indonesia, mari kita selesaikan  masalah dengan damai.  Tidak perlu ada wasit dari pihak luar," ujar SBY.
Pada saat Komisi  Pemilihan Umum (KPU) mengumumkan hasil penghitungan suara  tanggal 22  Juli nanti, lanjut SBY, pasti akan ada kalah dan menang.  Namun, untuk  mencegah terjadinya rasa curiga adanya kecurangan, SBY  menyarankan agar  KPU mengajak kedua kubu untuk ikut melihat proses  penghitungan suara.
"Bagi yang menang, mereka  patut bersyukur dan tidak perlu bersikap  arogan. Sementara bagi mereka  yang kalah, tidak perlu melakukan  aksi-aksi yang tidak dibenarkan.  Jika kedua kubu tidak puas dengan hasil  penghitungan suara yang  dilakukan KPU, biarkan Mahkamah Konstitusi  bekerja," kata SBY.
Menurut SBY, itu  merupakan cara damai dan konstitusional yang sebaiknya diutamakan. Ia  tak mengharapkan pamor demokrasi di Indonesia yang telah terbangun  selama ini hancur lantaran ketidakmampuan kedua kubu bersaing  menyelesaikan permasalahan pemenang Pilpres.
"Kini, kuncinya ada di  empat simpul yaitu KPU, MK, pasangan nomor  urut satu, dan pasangan  kedua. Keempat pihak ini, bila dapat menyikapi  masalah ini dengan arif  dan benar, maka demokrasi yang telah dibangun  sejak tahun 1998 tidak  akan tercoreng," kata dia.
Apabila proses demokrasi  ini dapat berjalan dengan baik, maka SBY akan merasa lega untuk  meletakkan  jabatannya melalui transisi kepemimpinan yang baik dan  tenang.  Pemerintahan baru dijadwalkan akan dibentuk tanggal 20 Oktober   mendatang.
"Kita semua juga harus  dukung presiden yang baru. Kuncinya, harus menanamkan perdamaian di  pikiran dan juga hati," kata SBY. (one)
إرسال تعليق